Rabu, 27 Februari 2013

Kerajaan Surabaya Lebih Tua Dari Mataram


Kisah tentang Kerajaan Surabaya bukan hanya cerita khayalan. Sebab sastrawan Surakarta, Ki Padmosusastro 1902, menyisipkan penggal kisah kerajaan kecil di sudut Bang Wetan (Jawa Timur) ini dalam Kitab ‘Sedjarah Dalem’ yang saya baca beberapa waktu lalu di sebuah perpustakaaan. Setidaknya ini bisa meyakinkan.
begini tulisannya jika diartikan dalam bahasa Indonesia: Kerajaan Surabaya diperkirakan lahir 1365, jauh lebih tua dibanding Mataram yang lahir pada 1577. Namun kerajaan Surabaya secara resmi bubar setelah kekuasaan jajahan Mataram di Bang Wetan ‘beralih’ ke kompeni 1755. Akhir kerajaan Surabaya, tidak lepas dari pengaruh Mataram.
Namun kekuasaan Surabaya baru benar-benar hilang ketika penguasa Hindia Belanda Van Imhoff, berkunjung ke Surabaya pada 11 April 1746. Diperkirakan kerajaan ini berdiri selama tidak kurang dari 375 tahun.
Digambarkan, Pengaruh Kerajaan Surabaya meliputi Bang Wetan, Kalimatan Selatan, Kalimatan Timur, Pulau Sulawesi bagian tengah hingga selatan dan sebagian kepulauan Maluku bagian selatan. Surabaya adalah kerajaan niaga terakhir yang memiliki hubungan dengan Portugis, Belanda, Inggris, dan Tiongkok.
Menurut Padmosusastro, tidak tercatatnya nama raja-raja Surabaya karena minimnya sastra tulis di jawa pesisiran. seperti lazimnya kerjaaan di pedalaman Jawa. Namun penguasa Surabaya yang paling terkenal adalah raja abad 17 karena keberaniaanya menolak hegemoni tiga raja Mataram.
Catatan Padmosusastro menyebut nama Raja Surabaya itu adalah Jayalengkara. Putra raja ini lebih tersohor, yaitu Pangeran Pekik. “Pengeran Pekik sempat menggantikan ayahnya menjadi Raja Surabaya. Dia menikahi Adik Mas Rangsang alias Sultan Agung Hanyokrokusumo yang bernama Ratu Mas Pandan atau Ratu Pandansari,” begitu tulis Padmosusastro dalam bahasa Jawa di kitabnya.
Dijelaskannya, sejak Panembahan Senopati Ingalaga alias Sutawijaya memimpin Mataram Islam 1577, dia telah melihat potensi Surabaya yang sulit ditundukkan. Padahal Senopati bermimpi bahwa Mataram mewarisi tradisi Pajang yang berarti berkewajiban melanjutkan tradisi penguasaan atas seluruh tanah Jawa. Namun faktanya, Surabaya menjadi slilit bagi mimpi Senopati itu.
Catatan lain juga muncul. Kali ini seorang antropolog zaman Belanda, Dr de Graaf, yang menjelaskan jika Panembahan Senopati (1586 – 1601) yang bernafsu menguasai Surabaya tidak terlaksana hingga akhir kekuasaannya.
Penggantinya, Mas Jolang atau Panembahan Seda ing Krapyak (1550-1613) juga gagal mewujudkan keinginan ayahnya menyatukan Jawa karena ganjalan Surabaya. Setiap raja Mataram selalu mencoba menyerang Surabaya namun selalu mental.
Hingga Raja Mataram ketiga, Sultan Agung (1613-1645), yang berkeinginan mewujudkan mimpi buyutnya. Namun kekuatan militer Mataram tidak pernah benar-benar bisa menyeberang sungai Brantas.
Di dalam catatan yang saya temukan, Surabaya tidak hanya bertahan. Kerajaan ini sempat dua kali menyerang pusat kerjaaan Mataram di Kotagede selatan Jogjakarta. Yaitu pada 1614-1616. Namun dua kali pula serangan balasan ini juga kandas.
Kisah  ini tidak pernah tertungkap dalam sejarah resmi kerajaan di tanah Jawa
Ini lukisan 1722 dari pelukis belanda yang menggabrakn pintu masuk kerajaan Surabaya. data ini ini dari pusat dokumentasi Indonesia dan Karibia di Leiden Nederland

Selasa, 26 Februari 2013

3 Proklamasi di Indonesia


Proklamasi 17 Agustus 1945
Pagi itu di jalan Pegangsaan Timur, Jakarta, sudah dipenuhi dengan orang-orang yang berharap peristiwa besar akan terjadi. Jumat, 17 Agustus 1945, halaman rumah di jalan Pegangsaan Timur no.56 menjadi tempat berkumpulnya para pemuda. Sebuah tiang menjadi tatapan dan mereka berharap mimpinya akan berkibar di ujung tiang itu.
Seseorang memasuki halaman, lalu menuju ke dalam rumah. Sejenak ia mendapatkan keheningan, waktu menunjukkan pukul delapan pagi. Lalu ia memasuki sebuah kamar dan mendapatinya sedang tertidur pulas. Pelan-pelan ia mengusap kaki seseorang yang terlihat lelah. Lelaki itu baru pulang pagi tadi dari Rengasdengklok.
Lelaki itu terbangun dan memandangnya. Senyumnya begitu lemah, terucap kata, “pating greges.” Tamu yang disapanya memberikan obat, setelah memeriksa ada panas di tubuh lelaki yang dibangunkannya.
Dialah seorang dokter bernama dr. R. Soeharto, dan lelaki yang mengatakan dirinya tak enak badan itu adalah Soekarno. Lalu atas persetujuan Soekarno, sang dokter memberinya sebuah suntikan chinine-urethan intramusculair. Lalu Soekarno melanjutkan tidurnya sejenak.
Pukul 9.30 pagi, Soekarno terbangun, tubuhnya terlihat lebih sehat. Ketika berjumpa dengan sang dokter, ia meminta agar Hatta segera dipanggil untuk datang.
Dengan berpakaian rapi, mengenakan pakaian serba putih (celana lena putih dan kemeja putih) dengan potongan yang saat itu popular disebut sebagai “kemeja pimpinan” dengan bersaku empat, Soekarno menyambut Hatta dan segera menuju halaman depan rumahnya. Sebuah teks Proklamasi dibacakan.
Inilah sebuah pernyataan kemerdekaan yang sebelumnya di dalam pidatonya Soekarno ada mengatakan “…sekarang tibalah saatnya kita benar-benar mengambil nasib bangsa dan tanah air di tangan kita sendiri. Hanya bangsa yang berani mengambil nasib di tangan sendiri, akan dapat berdiri dengan kuatnya…”
Puncak perjuangan yang pada akhirnya harus keluar dari mulut Soekarno, sebuah bukti sejarah bahwa ia memang layak mengambil posisi untuk menyatakan itu. Karena sebelum Proklamasi ini terjadi, sebelumnya juga sudah dibacakan dua proklamasi yaitu Proklamasi Gorontalo 23 Januari 1942 dan Proklamasi Cirebon 15 Agustus 1945. Namun kedua Proklamasi ini tidak diakui sebagai buah pernyataan kemerdekaan bangsa Indonesia dalam arti sebagai hari peringatan kemerdekaan bangsa Indonesia.
===============================
Proklamasi Gorontalo 23 Januari 1942
Kekalahan Belanda oleh Jepang, pada Perang di Laut Jawa, membuatnya menjadi gelap mata. Gorontalo dibumi hanguskan yang dimulai pada tanggal 28 Desember 1941. Adalah seorang pemuda bernama Nani Wartabone (saat itu berumur 35 tahun) memimpin perjuangan rakyat Gorontalo dengan menangkapi para pejabat Belanda yang masih ada di Gorontalo.
Bergerak dari kampung-kampung di pinggiran kota Gorontalo seperti Suwawa, Kabila dan Tamalate, mereka bergerak mengepung kota Gorontalo. Hingga akhirnya Komandan Detasemen Veld Politie WC Romer dan beberapa kepala jawatan yang ada di Gorontalo menyerah takluk pada pukul 5 subuh.
Dengan sebuah keyakinan yang tinggi, pada pukul 10 pagi Nani Wartabone memimpin langsung upacara pengibaran bendera Merah Putih di halaman Kantor Pos Gorontalo. Dan dihadapan massa yang berkumpul, ia berkata :
“Pada hari ini, tanggal 23 Januari 1942, kita bangsa Indonesia yang berada di sini sudah merdeka bebas, lepas dan penjajahan bangsa mana pun juga. Bendera kita yaitu Merah Putih, lagu kebangsaan kita adalah Indonesia Raya. Pemerintahan Belanda sudah diambil oleh Pemerintah Nasional. Agar tetap menjaga keamanan dan ketertiban.”
Selanjutnya Nani Wartabone mengumpulkan rakyat dalam sebuah rapat akbar (layaknya peristiwa lapangan Ikada) di Tanah Lapang Besar Gorontalo untuk menegaskan kembali kemerdekaan yang sudah diproklamasikan.
Namun sayangnya ketika Jepang mendarat di Gorontalo, 26 Februari 1942, Jepang melarang pengibaran bendera Merah Putih dan memaksa rakyat Gorontalo untuk takluk tanpas syarat kepada Jepang.
Kisah Nani Wartabone terlalu panjang untuk diungkapan, walau ia di masa Jepang mengalami patah semangat ketika Jepang tak mau diajak berkompromi hingga akhirnya ia kembali ke kampung halamannya di Suwawa dan hidup sebagai petani.
Saat kekalahan Jepang oleh Sekutu, Jepang bersikap lain. Sang Saka Merah Putih diijinkan berkibar di Gorontalo dan Jepang menyerahkan pemerintahan Gorontalo kepada Nani Wartabone pada tanggal 16 Agustus 1945. Sementara rakyat Gorontalo baru mengetahui telah terjadi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di Jakarta pada tanggal 28 Agustus 1945.
Nani Wartabone memimpin Gorontalo untuk masa-masa kelam berikutnya, menghadapi pasukan Belanda yang membonceng Sekutu. Dalam sebuah perundingan di sebuah kapal perang sekutu pada tanggal 30 November 1945, Belanda menangkap dan menawannya. Ia dibawa ke Manado dan dijatuhi hukuman 15 tahun penjara atas tuduhan makar pada tanggal 23 Januari 1942 yaitu Proklamasi yang dibacakannya.
Namun di waktu yang berjalan, kekalahan sekutu mengubah nasibnya kelak. Ia kembali ke Gorontalo pada tanggal 2 Februari 1950. Nani Wartabone pada tanggal 6 April 1950 menolak RIS dan memilih bergabung dengan NKRI. Untuk beberapa waktu ia dipercaya sebagai kepala pemerintahan di Gorontalo, hingga Penjabat Kepala Daerah Sulawesi Utara, dan anggota DPRD Sulawesi Utara. Selanjutnya ia memilih untuk kembali tinggal dan bertani di desanya di Suwawa.
Tapi itu juga tak berlangsung lama. Letkol Ventje Sumual dan kawan-kawannya memproklamasikan pemerintahan PRRI/PERMESTA di Manado pada bulan Maret 1957. Ia terpanggil kembali untuk melawan. Namun perlawanan tak seimbang, karena pasukan Nani Wartabone kekurangan persenjataan, hingga mereka memilih untuk bergerilya di dalam hutan, sekedar menghindar dari sergapan tentara PRRI/PERMESTA.
Pada bulan Ramadhan 1958 datanglah bantuan pasukan tentara dari Batalyon 512 Brawijaya yang dipimpin oleh Kapten Acub Zaenal dan pasukan dari Detasemen 1 Batalyon 715 Hasanuddin yang dipimpin oleh Kapten Piola Isa. Bersama pasukan-pasukan dari pusat inilah mereka berhasil merebut kembali pemerintahan di Gorontalo dari tangan PRRI/PERMESTA pada pertengahan Juni 1958.
==============================
Proklamasi Cirebon 16 Agustus 1945
Kekalahan Jepang tinggal menghitung hari saja, setelah dijatuhkannya bom atom di Hiroshima dan Nagasaki. Namun karena Jakarta tidak termasuk jalur perang Jepang dengan Sekutu, maka yang terlihat kekuatan bala tentara Jepang masih utuh.
Suasana Jakarta tetap mencekam bagi para kelompok pergerakan. Ada 4 kelompok illegal menurut Maroeto Nitimihardjo yang tampak saat itu, yaitu kelompok Soekarni, Kelompok Sjahrir, Kelompok Mahasiswa dan Kelompk Kaigun.
Kelompok-kelompok itu mendengar Sjahrir meminta Soekarno dan Hatta untuk mempercepat pernyataan Proklamasi sekembalinya Soekarno dan Hatta dari perundingan di Dalat, Saigon dengan Marsekal Terauchi, wakil kaisar Jepang. Namun Soekarno masih menunggu kepastian dari Laksmana Maeda tentang hal kekalahan Jepang tersebut
Hal ini membuat kelompok-kelompok illegal itu marah dikarenakan mereka melihat keraguan Sjahrir selama ini untuk menjalankan kesepakatan bahwa Sjahrirlah yang harus siap memimpin kemerdekaan dikarenakan ia bersih dari pengaruh Jepang. Hingga membuat kelompok-kelompok illegal ini, tidak termasuk Sjahrir bergerak cepat.
Terjadi beberapa pertemuan antara lain di Jalan Cikini Raya 71, di Lembaga Ecykman dan di Laboratorium Mikrobiologi (di samping pasar Cikini). Wikana dan dr. Darwis ditugaskan untuk mendesak langsung Soekarno-Hatta (tanpa perantara Sjahrir) untuk memproklamirkan kemerdekaan yang berujung dengan “penculikan” atau membawa Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok. Gerak cepat yang tak ragu-ragu ini akhirnya melahirkan sebuah peristiwa di pagi hari di tanggal 17 Agutus 1945 sebagai hari kemerdekaan.
Di waktu yang berjalan cepat dalam ketidak pastian peristiwa, seorang bernama dr.Soedarsono (ayah dari Juwono Soedarsono) datang bertemu Maroeto Nitimihardjo (seperti pengakuannnya di buku berjudul “Ayahku Maroeto Nitimihardjo Mengungkap Rahasia Gerakan Kemerdekaan” karangan Hadidjojo, anak Maroeto) di sebuah ‘pengungsian’ bagi istri dan anaknya yaitu di desa Perapatan, sebelah barat Palimanan, 30 km jauhnya dari Cirebon tempat dr.Soedarsono berasal. Dr.Soedarsono meminta teks Proklamasi yang dibuat Sjahrir yang katanya dititipkan pada Maroeto. Namun Maroeto menyatakan tidak ada.
Hingga dr.Soedarsono menjadi berang dan berkata, “Saya sudah bersepeda 60 kilometer hanya untuk mendengar, Sjahrir tidak berbuat apa-apa. Katakan kepada Sjahrir, saya akan membuat proklamasi di Cirebon.”
Dan akhirnya terkabarlah bahwa Proklamasi itu dibuat dan dibacakan oleh dr.Soedarsono pada pagi hari tanggal 16 Agustus 1945 di alun-alun Cirebon yang dihadiri sekitar 150 orang. Sehari sebelum Soekarno membacakan Proklamasi di penggangsaan Timur 56 Jakarta.
Namun kisah yang dipaparkan Maroeto berbeda dengan kisah yang diungkap oleh Des Alwi, anak angkat Sjahrir. Menurutnya, teks proklamasi yang dibacakan Soedarsono adalah hasil karya Sjahrir dan aktivis gerakan bawah tanah lainnya yang melibatkan Soekarni, Chaerul Saleh, Eri Sudewo, Johan Nur, dan Abu Bakar Lubis. Penyusunan teks dilakukan di Asrama Prapatan Nomor 10, Jakarta, pada 13 Agustus 1945.
Ada sebaris teks proklamasi yang diingat oleh Des Alwi yaitu : “Kami bangsa Indonesia dengan ini memproklamirkan kemerdekaan Indonesia karena kami tak mau dijajah dengan siapa pun juga.

Asal Usul Mengapa Belanda Menjajah Nusantara


Tahukah Anda bahwa karena sebuah bukulah maka bangsa Belanda bisa sampai di Nusantara dan melakukan penjajahan atas bumi yang kaya raya ini selama berabad-abad? Buku tersebut berjudul“Itinerario naer Oost ofte Portugaels Indien”, yang ditulis Jan Huygen van Linshoten di tahun 1595. Inilah buku dan kisahnya:
Jauh sebelum Eropa terbuka matanya mencari dunia baru, warga pribumi nusantara hidup dalam kedamaian. Situasi ini berubah drastis saat orang-orang Eropa mulai berdatangan dengan dalih berdagang, namun membawa pasukan tempur lengkap dengan senjatanya. Hal yang ironis, tokoh yang menggerakkan roda sejarah dunia masuk ke dalam kubangan darah adalah dua orang Paus yang berbeda. Pertama, Paus Urbanus II, yang mengobarkan perang salib untuk merebut Yerusalem dalam Konsili Clermont tahun 1096. Dan yang kedua, Paus Alexander VI.
Dalam tempo beberapa tahun saja, Belanda telah menjajah Hindia Timur dan hal itu berlangsung lama hingga baru merdeka pada tahun 1945. Perang Salib tanpa disadari telah membuka mata orang Eropa tentang peradaban yang jauh lebih unggul ketimbang mereka. Eropa mengalami pencerahan akibat bersinggungan dengan orang-orang Islam dalam Perang Salib ini. Merupakan fakta jika jauh sebelum Eropa berani melayari samudera, bangsa Arab telah dikenal dunia sebagai bangsa pedagang pemberani yang terbiasa melayari samudera luas hingga ke Nusantara.
Bahkan kapur barus yang merupakan salah satu zat utama dalam ritual pembalseman para Fir’aun di Mesir pada abad sebelum Masehi, didatangkan dari satu kampung kecil bernama Barus yang berada di pesisir barat Sumatera tengah. Dari pertemuan peradaban inilah bangsa Eropa mengetahui jika ada satu wilayah di selatan bola dunia yang sangat kaya dengan sumber daya alamnya, yang tidak terdapat di belahan dunia manapun.
Negeri itu penuh dengan karet, lada, dan rempah-rempah lainnya, selain itu Eropa juga mencium adanya emas dan batu permata yang tersimpan di perutnya. Tanah tersebut iklimnya sangat bersahabat, dan alamnya sangat indah. Wilayah inilah yang sekarang kita kenal dengan nama Nusantara. Mendengar semua kekayaan ini Eropa sangat bernafsu untuk mencari semua hal yang selama ini belum pernah didapatkannya.
Paus Alexander VI pada tahun 1494 memberikan mandat resmi gereja kepada Kerajaan Katolik Portugis dan Spanyol melalui Perjanjian Tordesillas. Dengan adanya perjanjian ini, Paus Alexander dengan seenaknya membelah dunia di luar daratan Eropa menjadi dua kapling untuk dianeksasi. Garis demarkasi dalam perjanjian Tordesilas itu mengikuti lingkaran garis lintang dari Tanjung Pulau Verde, melampaui kedua kutub bumi. Ini memberikan Dunia Baru kini disebut Benua Amerika kepada Spanyol. Afrika serta India diserahkan kepada Portugis.
Paus menggeser garis demarkasinya ke arah timur sejauh 1.170 kilometer dari Tanjung Pulau Verde. Brazil pun jatuh ke tangan Portugis. Jalur perampokan bangsa Eropa ke arah timur jauh menuju kepulauan Nusantara pun terbagi dua. Spanyol berlayar ke Barat dan Portugis ke Timur, keduanya akhirnya bertemu di Maluku, di Laut Banda. Sebelumnya, jika dua kekuatan yang tengah berlomba memperbanyak harta rampokan berjumpa tepat di satu titik maka mereka akan berkelahi, namun saat bertemu di Maluku, Portugis dan Sanyol mencoba untuk menahan diri.
Pada 5 September 1494, Spanyol dan Portugal membuat perjanjian Saragossa yang menetapkan garis anti-meridian atau garis sambungan pada setengah lingkaran yang melanjutkan garis 1.170 kilometer dari Tanjung Verde. Garis itu berada di timur dari kepulauan Maluku, di sekitar Guam.
Sejak itulah, Portugis dan Spanyol berhasil membawa banyak rempah-rempah dari pelayarannya. Seluruh Eropa mendengar hal tersebut dan mulai berlomba-lomba untuk juga mengirimkan armadanya ke wilayah yang baru di selatan.
Ketika Eropa mengirim ekspedisi laut untuk menemukan dunia baru, pengertian antara perdagangan, peperangan, dan penyebaran agama Kristen nyaris tidak ada bedanya. Misi imperialisme Eropa ini sampai sekarang kita kenal dengan sebutan “Tiga G”: Gold, Glory, Gospel. Seluruh penguasa, raja-raja, para pedagang, yang ada di Eropa membahas tentang negeri selatan yang sangat kaya raya ini.
Mereka berlomba-lomba mencapai Nusantara dari berbagai jalur. Sayang, saat itu belum ada sebuah peta perjalanan laut yang secara utuh dan detil memuat jalur perjalanan dari Eropa ke wilayah tersebut yang disebut Eropa sebagai Hindia Timur. Peta bangsa-bangsa Eropa baru mencapai daratan India, sedangkan daerah di sebelah timurnya masih gelap.
Dibandingkan Spanyol, Portugis lebih unggul dalam banyak hal. Pelaut-pelaut Portugis yang merupakan tokoh-tokoh pelarian Templar (dan mendirikan Knight of Christ), dengan ketat berupaya merahasiakan peta-peta terbaru mereka yang berisi jalur-jalur laut menuju Asia Tenggara.
Peta-peta tersebut saat itu merupakan benda yang paling diburu oleh banyak raja dan saudagar Eropa. Namun ibarat pepatah,“Sepandai-pandainya tupai melompat, akhirnya jatuh juga”, maka demikian pula dengan peta rahasia yang dipegang pelaut-pelaut Portugis.
Sejumlah orang Belanda yang telah bekerja lama pada pelaut-pelaut Portugis mengetahui hal ini. Salah satu dari mereka bernama Jan Huygen van Linschoten. Pada tahun 1595 dia menerbitkan buku berjudul Itinerario naer Oost ofte Portugaels Indien, Pedoman Perjalanan ke Timur atau Hindia Portugis, yang memuat berbagai peta dan deksripsi amat rinci mengenai jalur pelayaran yang dilakukan Portugis ke Hindia Timur, lengkap dengan segala permasalahannya.
Buku itu laku keras di Eropa, namun tentu saja hal ini tidak disukai Portugis. Bangsa ini menyimpan dendam pada orang-orang Belanda. Berkat van Linschoten inilah, Belanda akhirnya mengetahui banyak persoalan yang dihadapi Portugis di wilayah baru tersebut dan juga rahasia-rahasia kapal serta jalur pelayarannya.
Para pengusaha dan penguasa Belanda membangun dan menyempurnakan armada kapal-kapal lautnya dengan segera, agar mereka juga bisa menjarah dunia selatan yang kaya raya, dan tidak kalah dengan kerajaan-kerajaan Eropa lainnya.
Pada tahun 1595 Belanda mengirim satu ekspedisi pertama menuju Nusantara yang disebutnya Hindia Timur. Ekspedisi ini terdiri dari empat buah kapal dengan 249 awak dipimpin Cornelis de Houtman, seorang Belanda yang telah lama bekerja pada Portugis di Lisbon. Lebih kurang satu tahun kemudian, Juni 1596, de Houtman mendarat di pelabuhan Banten yang merupakan pelabuhan utama perdagangan lada di Jawa, lalu menyusur pantai utaranya, singgah di Sedayu, Madura, dan lainnya. Kepemimpinan de Houtman sangat buruk.
Dia berlaku sombong dan besikap semaunya pada orang-orang pribumi dan juga terhadap sesama pedagang Eropa. Sejumlah konflik menyebabkan dia harus kehilangan satu perahu dan banyak awaknya, sehingga ketika mendarat di Belanda pada tahun 1597, dia hanya menyisakan tiga kapal dan 89 awak. Walau demikian, tiga kapal tersebut penuh berisi rempah-rempah dan benda berharga lainnya.
Orang-orang Belanda berpikiran, jika seorang de Houtman yang tidak cakap memimpin saja bisa mendapat sebanyak itu, apalagi jika dipimpin oleh orang dan armada yang jauh lebih unggul. Kedatangan kembali tim de Houtman menimbulkan semangat yang menyala-nyala di banyak pedagang Belanda untuk mengikut jejaknya. Jejak Houtman diikuti oleh puluhan bahkan ratusan saudagar Belanda yang mengirimkan armada mereka ke Hindia Timur. Dalam tempo beberapa tahun saja, Belanda telah menjajah Hindia Timur dan hal itu berlangsung lama hingga baru merdeka pada tahun 1945.

Minggu, 24 Februari 2013

Dampak dan Akibat Korupsi dalam Pengadaan Barang dan Jasa



Pengadaan barang dan jasa yang baik merupakan alat yang tepat untuk penerapan kebijakan publik di seluruh sektor dan merupakan instrument dalam membangun tata kelola yang baik dan tata pemerintahan yang baik.
Tujuan utama pengadaan barang dan jasa di pemerintah adalah meningkatkan kepuasan masyarakat. Seperti tujuan pemerintah yang lainya. Pengadaan barang dan jasa yang baik, seharusnya mampu memenuhi kebutuhan masyarakat, persaingan usaha yang sehat dan efisien (dan hindari pemborosan!) dalam penggunaan anggaran. Pengadaan barang dan jasa yang baik merupakan alat yang tepat untuk penerapan kebijakan publik di seluruh sektor dan merupakan instrument dalam membangun tata kelola yang baik dan tata pemerintahan yang baik.
Sebaliknya, korupsi dalam pengadaan barang dan jasa akan meningkatkan angka kemiskinan dan menyebabkan ketidakmerataan pembangunan akibat penyelewengan uang negara diluar kepentingan rakyat. Selain itu juga akan menciptakan prilaku buruk yang mendorong persaingan usaha yang tidak sehat karena didasari dengan penyuapan, bukan karena kualitas dan bermanfaat. Untuk sektor swasta, korupsi dalam pengadaan barang dan jasa berdampak pada ketidakadilan, ketidakseimbangan, dan iklim kompetisi usaha yang tidak sehat. Hal ini akan berdampak pada tingginya harga pasaran karena banyak perusahaan kompetitor yang gulung tikar akibat tidak mampu membayar suap. Berikut merupakan aspek yang dikenali sebagai dampak praktik korupsi dalam pengadaan barang dan jasa di pemerintah:

Dampak Finansial

Dampak Finansial dapat terdiri dari:
  • Pengeluaran tidak penting dengan biaya mahal untuk pembelanjaan, investasi, jasa, atau pendapatan negara menjadi rendah karena tidak diperlukannya surat ijin, perijinan, konsensi dan sebagainya;
  • Sub perincian kualitas penyediaan atau pekerjaan tidak sesuai dengan harga yang dibayar;
  • Pembebanan kewajiban keuangan kepada pemerintah atas pembelanjaan atau penanaman modal yang tidak diperlukan atau tidak bermanfaat yang secara ekonomi biasanya bernilai sangat besar; dan
  • Pembebanan atas biaya perbaikan awal kepada pemerintah yang kerap diikuti dengan berbagai alasan biaya perawatan.

Dampak Ekonomi

Dampak ekonomi dapat terdiri atas beban kepada pemerintah untuk biaya pelaksanaan, perawatan dan peminjaman hutang untuk investasi atau pembelanjaan, yang tidak digunakan secara benar demi kepentingan ekonomi negara. Lebih jauh, dampak ekonomi dapat terjadi apabila tingkat penanaman modal terus berkurang sebagai akibat tingginya angka korupsi yang dapat mengancam para penyelenggara bisnis,sehingga kelak mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan tenaga kerja.

Dampak Lingkungan

Korupsi dalam pengadaan barang dan jasa dapat mengakibatkan dampak buruk bagi lingkungan. Karena proyek-proyek yang dikerjakan biasanya tidak mengikuti standarisasi lingkungan negara tersebut (atau internasional). Akibat dari penolakan mengikuti standarisasi tersebut akan berdampak kerusakan parah pada lingkungan dalam jangka panjang dan tentunya berimplikasi pada tingginya resiko masalah kesehatan.

Dampak pada Kesehatan dan Keselamatan Manusia

Resiko kerusakan dapat terjadi pada kesehatan dan keselamatan manusia berbagai akibat kualitas lingkungan yang buruk, penanaman modal yang anti-lingkungan atau ketidakmampuan memenuhi standarisasi kesehatan dan lingkungan. Korupsi akan menyebabkan kualitas pembangunan buruk, yang dapat berdampak pada kerentanan bangunan sehingga memunculkan resiko korban.

Dampak pada Inovasi

Korupsi membuat kurangnya kompetisi yang akhirnya mengarah kepada kurangnya daya inovasi. Perusahaan-perusahaan yang bergantung pada hasil korupsi tak akan menggunakan sumber dayanya untuk melakukan inovasi. Hal ini akan memicu perusahaan-perusahaan yang tidak melakukan korupsi untuk tidak merasa harus menanamkan modal berbentuk inovasi karena korupsi telah membuat mereka tidak mampu mengakses pasar.
Pengadaan barang dan jasa yang baik merupakan alat yang tepat untuk penerapan kebijakan publik di seluruh sektor dan merupakan instrument dalam membangun tata kelola yang baik dan tata pemerintahan yang baik.

Erosi Budaya

Ketika orang menyadari bahwa tidak jujurnya pejabat publik dan pelaku bisnis, serta lemahnya penegakan hukum bagi pelaku-pelaku korupsi, akan menyebabkan masyarakat meninggalkan budaya kejujuran dengan sendirinya dan membentuk kepribadian masyarakat yang tamak.
Hal serupa juga terjadi pada pelaku bisnis yang akan menyadari bahwa menawarkan harga dan kualitas yang kompetitif saja, tak akan cukup untuk memenuhi persyaratan sebagai pemenang tender.

Menurunnya Tingkat Kepercayaan Kepada Pemerintah

Ketika orang menyadari bahwa pelaku korupsi dilingkungan pemerintahan tidak dijatuhi hukuman, mereka akan menilai bahwa pemerintah tak dapat dipercaya. Kemudian secara moral, masyarakat seakan mendapat pembenaran atas tindakannya mencurangi pemerintah karena dianggap tidak melanggar nilai-nilai kemanusiaan.

Kerugian Bagi Perusahaan yang Jujur

Jika peserta tender yang melakukan korupsi tidak mendapat hukuman, hal ini akan menyebabkan peserta yang jujur akan mengalami kerugian karena kehilangan kesempatan melakukan bisnisnya. Meski sesungguhnya hasil pekerjaanya jauh lebih baik dibanding perusahaan korup yang mengandalkan korupsi untuk mendapatkan tender dengan kualitas pekerjaan yang dapat dipastikan buruk.

Ancaman Serius Bagi Perkembangan Ekonomi

Jika pemerintah mentolelir korupsi dalam belanja barang dan jasa serta investasi, dan dasar pemilihan investasi yang tidak dilandasi pada perkembangan perekonomian – tetapi lebih karena suap- maka cepat atau lambat negara tidak mampu membiayai investasinya sendiri. Selanjutnya, pemerintah mengeluarkan kebijakan mengundang investor asing dengan iming-iming berbagai fasilitas kemudahan. Kebijakan ini tentu akan melumpuhkan perkembangan ekonomi domestik dan masyarakat miskin akan menjadi korban.
Sumber referensi :: Mencegah Korupsi Dalam Pengadaan Barang dan Jasa Publik, Penerbit: TI, Halaman: 19-22.

Sabtu, 23 Februari 2013

BUDAYA PROVOKASI PERLU DI HILANGKAN


Teringat Sebuah lagu yg sangat mendalam pesannya:
"Hati-hati Hati-hati provakasi... Hati-hati Hati-hati provakasi
Untuk menhindari informasi yg salah, perlu mempelajari dan mengkaji dulu infonya"  Waspadalah :)


"Yang Lebih parah lagi kita mendapatkan informasi yang salah lalu menceritakan informasi yang salah tersebut ke orang lain "

Provokasi  adalah suatu bentuk kegiatan atau tindakan untuk mengenalkan, mempengaruhi, memasukkan suatu ide atau gagasan baik yang sudah ada maupun sengaja diciptakan dengan cara membelokkan (boikot), menyesatkan, kampanye berbisik (Kamsik), memperbesar (hiperbola), mengulang-ulang (pleonasme), penyusupan (spionase) dengan tujuan untuk merong-rong kewibawaan pemerintah dan tatanan hidup masyarakat.  Tindakan provokasi dilakukan oleh individu, kelompok tertentu bahkan sampai ke media informasi yang tidak bertanggungjawab, instansi (kaum provokator) kepada individu, kelompok/instansi lain terutama pada masyarakat yang dalam keadaan lengah dan instan. 


Provokator adalah orang yang menggerakkan aksi atau gerakan atau tindakan yang menjurus pada kekacauan atau ketidaktertiban, ketidakamanan dan kenyamanan, namun bukan berarti setiap kejadian dan kerusakan adalah ulah provokator, tetapi terkadang dari masyarakat itu sendiri yang kecenderungan dalam keadaan instan.

Provokator sengaja mengenalkan ide atau gagasan di masyarakat secara sembunyi atau terang-terangan dengan harapan bahwa masyarakat menerimanya sehingga timbul sentiment  simpati terhadap ide atau gagasan tersebut, selanjutnya memunculkan sentiment empati dimasyarakat, dengan kata lain merasa memiliki dan bertanggungjawab terhadap ide atau gagasan yang sudah dimiliki.  Interaksi sosial di masyarakat akan saling berkaitan erat dengan pola tingkah laku sebagai akibat sentiment awal yaitu simpati, adalah suatu proses dimana seseorang merasa tertarik terhadap ide/gagasan pihak lain, sehingga mampu merasakan apa yang dialami, dilakukan dan kehendaki oleh ide/gagasan orang lain. Simpati akan berlangsung apabila terdapat pengertian dan tujuan yang sama pada kedua belah pihak. Simpati lebih banyak terlihat dalam hubungan persahabatan, hubungan bertetangga atau hubungan pekerjaan.  Individu, kelompok, instansi merasa simpati kepada orang lain karena adanya sikap, penampilan, wibawa atau perbuatannya, ketertarikan inilah yang menimbulkan sama rasa.  Misalnya, ikut merasa senang, marah atau benci merupakan wujud rasa simpati dan sering mengarah ke perasaan organisme tubuh yang sangat dalam berupa empati dalam bentuk upaya, perbuatan dan kegiatan (UPK).  Ide/gagasan tersebut menjadi bagian hidup masyarakat yang sudah terlanjur melekat sentiment untuk mempertahankan dari berbagai macam AGHT, dari sinilah titik awal timbul adanya upaya untuk mengajak orang lain untuk bertindak radikal (provokasi).

Tahap berikutnya timbullah rasa jengkel, tindakan menghujat, benci dan empati berlebihan  di masyarakat,  selanjutnya kaum provokator memboikot, spionase dan mengambil alih (adu domba) pandangan masyarakat, seterusnya tinggal menunggu bom waktu untuk bergerak kehal-hal yang bersifat kriminal dan terprovokasi. Salah satu pengembangannya berupa unjuk rasa, masalah sepele (kecil) diperbesar, saling menghujat, adu domba antar etnis, perampokan, kebebasan berpendapat dan berkreasi yang rawan timbul provokasi.

Pada kasus kejadian film “Innacence uf muslim” dalam waktu sekejab sudah sampai di hampir seluruh belahan bumi, dimana-mana timbul perpecahan antar silang pendapat, yang perlu kita hilangkan adalah budaya memprovokasi  dengan komentar serius termasuk mengkritik sepedas-pedasnya. Hindarkan dari tindakan menghasut dan menyulut perlawanan orang-orang  yang  merasa  punya anggapan  terjajah, hilangkan  budaya  punya  nyali untuk memberontak dan merebut kemerdekaan orang lain serta budayakan sebagai manusia yang berakal budi, bermartabat tinggi dan berkehendak bebas namun terbatas.

Akibat Provokasi.
Pada kenyataan bahwa masyarakat kita paling mudah lengah dan instan untuk dipengaruhi dan tidak menyadari akan hal yang bersifat negatif dan merugikan diri sendiri, sehingga sering menimbulkan kepanikan.  Dalam kondisi panik, hanya karena kabar burung yang menyebar melalui omongan, kejadian atau berupa tuduhan tanpa bukti yang menyesatkan, bisa mengakibatkan adanya kerusuhan antar lembaga, etnis, budaya dan tatanan kehidupan masyarakat.  Diperkeruh lagi oleh kaum provokator untuk memprovokasi masyarakat dan lembaga yang dianggap strategis untuk menyesatkan masyarakat sehingga timbul demo-demo anarkhis, kerusuhan dan perang antar saudara dsb.
Pada kejadian sekarang film kontroversial “Innocence of Muslim” yang dianggap tidak sesuai dengan norma bangsa kita karena mendiskreditkan agama tertentu, akibatnya sejumlah masyarakat menolak film tersebut marah (empati). Bahkan kejadiannya bukan dimasyarakat kita tetapi  di beberapa negara pun melakukan unjuk rasa, memprotes keras film tersebut.Akibat sebuah provokasi yang disebarkan lewat sebuah film berjudul 'Innocence of Muslim',diberitakan al-Jazeera terjadi pengeboman, sebanyak 12 orang tewas dalam insiden tersebut, 8 di antaranya adalah warga asing yang bekerja pada sebuah perusahaan pengangkut internasional. Korban tewas karena protes yang sama dilaporkan terjadi di luar kedutaan AS di Khartoum, Sudan  3 (tiga) pengunjuk rasa tewas.
Akibat yang lebih mendalam pada masyarakat kita akan menembus pada pembakaran emosi sampai pembakaran semangat yang berkobar-kobar dengan tujuan balas dendam. Pada akhirnya kejadian yang sekarang dialami oleh masyarakat dunia adalah korban yang berjatuhan antar etnis, budaya dan memecah kebersamaan antar umat, sementara sumber provokasi kongkow.

Cara Mengatasi Budaya Provokasi.
            Jalan satu-satunya untuk mencegah terjadinya provokasi adalah hilangkan budaya provokasi, namun hal ini tidak akan mudah dilaksanakan dimasyarakat yang kompleks dan instan ini. Masyarakatmempunyai 4 (empat) dimensi yang perlu dikembangkan dan diseimbangkan agar menjadi masyarakat pluralisme yang efektif, yaitu: fisik, mental, emosi sosial, dan spriitual.
Dimensi Fisik sebagai gambaran adalah orang yang mempunyai  kecerdasan fisik, mereka sehat, kuat, dan mengembangkan metode efektif untuk menuntaskan pekerjaan secara cepat, bermutu dan aman, penggunaan fisik yang serasi dengan budi luhur jati diri bangsa yang mempunyai peradaban, bukan merusak atau mempelopori yang lain untuk berbuat diluar norma, sangat cekatan dan hasil pekerjaan yang bagus dan sangat piawai dalam hal-hal kebaikan.
Dimensi mental (mind) adalah kecerdasan mental daya fikir seseorang yang dapat menembus segala macam rasio pemikiran dan pandai memadukan logika dalam bertindak atau tingkah laku secara nyata bukan dalam relatifitas.
Dimensi emosi sosial merupakan tindakan yang dapat dikatagorikan sebagai tindakan yang lebih mengutamakan perasaan cerdas secara emosi, sanggup dan sabar dalam  proses penyelesaian sesuatu, kalau gagal tidak marah-marah dan yang terpenting adalah menyelesaikan masalah dengan mencari penyebabnya bukan akibatnya. Dimensi spiritual merupakan hak hakiki setiap manusia,  alasannya materi spiritualitas  dianggap berhubungan dengan urusan ibadah, bicara tentang apa yang benar dan apa yang salah, bukan dalam relatifitas, ketiga dimensi diatas perlu diselaraskan dengan dimensi spiritual. Disamping empat dimensi kehidupan di msyarakat diatas maka empat pilar terdiri dari Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara RI tahun 1945, Negara Kesatuan RI, dan Bhineka Tunggal Ika dilaksanakan sebagai pedoman dalam berbuat, bertindak dan bertingkah laku guna terhindar dari unsur provokasi.  Prinsip bebas aktif harus dilakukan dengan cermat dan terbatas agar tidak menimbulkan efek yang menimbulkan kerugian moral bagi penerima ide atau gagasan yang disebarkan.

Tumpukan Masalah Bangsaku

1. KKN
2. Ketidakadilan
3. Kemiskinan
4. Pemberontakan
5. Pembunuhan
6. Pemerkosaan
7. Pelajuran di Banyak tempat
8. Homoseksual
10. Banyak Mahasiswa atau Pemuda Apatis
11. Banyak PNS apatis
12. Banyak Orang Tua Apatis
13. Fitnah dan rekayasa
14. Penindasan
15. Pertikaian Antar suku/ kelompok/ penguasa/ pelajar /pemuda
16. Ekonomi melemah
17. Sumber Daya Alam diJual Murah dan untuk kepentingan Pribadi bukan untuk kepentingan Bangsa
18. Krisis Kepemimpinan
19. Kelaparan dan Krisis Pangan
20. Bencana Alam karna ulah manusia
21. Mahalnya Harga Pangan
22. Sempitnya Lapangan kerja
23. Kecurangan

Jika ada permasalah yang teman2 temukan silakan komentar di kolom komentar




Beberapa Penjelasan
Bangsa yang pernah menjadi macan Asia Tenggara, bahkan diprediksi akan menjadi macan Asia…kini kehilangan taringnya.  Bangsa yang kaya sumberdaya alam kini terpuruk menjadi bangsa miskin.  Lihatlah ke sepuluh masalah itu bermuara pada SISTEM YANG RAPUH……Ekonomi dan pendidikan kita bertumpu pada paradigma kapitalis-liberalis-sekularis.   Sistem ekonomi kapitalis-liberalis-sekularis yang bertumpu pada sektor non riil, inilah yang menyebabkan kelaparan & krisis pangan (9), mahalnya harga pangan (7), amburadulnya pengelolaan BBM (4), kemiskinan (3), korupsi (2), dan kolapsnya ekonomi mikro dan makro (1).   Sistem pendidikan yang bertumpu pada kapitalis-materialis-liberalis hanya mampu melahirkan manusia-manusia yang tamak dan oportunis… Sistem pendidikan kita hanya mampu melahirkan manusia penyebab beberapa bencana alam seperti banjir dan longsor (8), melahirkan manusia-manusia koruptor (2).  Tengoklah UN…guru, kepala sekolah, dinas pendidikan kota/kabupaten, bahkan kanwil di beberapa propinsi justeru mengintruksikan pada guru untuk mengawal UN demi kredibilitas propinsinya….sehingga dengan entengnya murid akan berkata, ga usah terlalu giat belajar, nanti juga jawaban kita dibetulin guru kalau salah“.  Sistem pendidikan kita lebih mendahulukan nilai dalam bentuk angka (materialis kan?), dari pada etika-sopan santun-akhlak-moral…maka wajar kalau sistem pendidikan kita ahirnya tak mampu melahirkan dan mencetak pemimpin-pemimpin yang menjunjung moralitas….dan terjadilah krisis kepemimpinan (10) seperti sekarang ini.  Jadi jika ini masalah sistem…memperbaikinya pun haruslah sistemik, yang semuanya dimulai dengan mengubah frame dan paradigma kita 



Bangsaku miskin sumber daya Manusia
Bangsaku Kaya sumber daya Alam